City Pop Music: Dari Mariya Takeuchi hingga Fariz RM

December 2019 · 3 minute read

Ilustrasi City Pop

Mariya Takeuchi pasti tidak menyangka bahwa musik City Pop kembali diminati. Lagu Plastic Love yang dibawakan olehnya 35 tahun yang lalu, saat ini bisa dianggap sebagai the best city pop ever. Aliran musik asal Jepang ini menghadirkan nuansa musik yang baru, berani dan optimis. Meski begitu tidak banyak orang tahu bahwa di Indonesia ada pula musisi dan musik dengan aliran serupa.

Seperti apakah musik City Pop itu?

Aliran musik City Pop membawa nilai filosofi tersendiri. City Pop hadir sebagai gambaran optimisme terhadap kemajuan ekonomi Jepang di tahun 80-an. Kala itu stereo system di mobil menjamur. Orang-orang menikmati musik ini sambil melintasi gemerlap lampu neon kota Tokyo. Oleh sebab itu, musik ini dijuluki City Pop.

Apabila didengarkan secara saksama, kamu akan menemukan alunan Pop, Jazz dan Funk bercampur menjadi satu. Kadangkala alunan synthesizer juga menghiasi melodi yang ada. Semuanya berkat kemajuan penemuan teknologi baru yang tumbuh pesat di Jepang.

Ada banyak versi yang mengisahkan bagaimana aliran musik ini lahir. Namun musisi sekaligus komposer Tatsuro Yamashita dengan lagu Ride on Time nya yang disebut-sebut menggenjot popularitas City Pop. Mariya Takeuchi, istri Tatsuro Yamashita, di tahun 1984 membawakan lagu Plastic Love yang bagi saya sangat menggambarkan aliran City Pop itu sendiri.

Aliran musik City Pop berada di puncak popularitasnya di tahun 80-an. Setelah itu, musik ini tak banyak dibicarakan lagi. Lalu di tahun 2010, City Pop mendapat angin segar. Komunitas daring Vaporwave kembali membicarakannya. Musik semacam ini kembali didengarkan. Youtube, melalui algoritmanya, menampilkan lagu Plastic Love sebagai rekomendasi di banyak beranda penggunanya. Sayangnya lagu-lagu tersebut tidak dapat ditemui di layanan musik daring seperti Spotify. Aliran musik City Pop berada di puncak popularitasnya di tahun 80-an. Setelah itu, musik ini tak banyak dibicarakan lagi. Lalu di tahun 2010, City Pop mendapat angin segar. Komunitas daring Vaporwave kembali membicarakannya. Musik semacam ini kembali didengarkan. Youtube, melalui algoritmanya, menampilkan lagu Plastic Love sebagai rekomendasi di banyak beranda penggunanya. Sayangnya lagu-lagu tersebut tidak dapat ditemui di layanan musik daring seperti Spotify.

Bagaimana musik City Pop di Indonesia?

Di Indonesia, aliran musik City Pop tidak memiliki tempatnya sendiri. Melainkan secara umum dianggap sebagai musik pop. Ia tidak memiliki penggemar tersendiri seperti misalnya musk Rock, Jazz, dsb. Meski begitu, tidak bisa dibilang bahwa musik City Pop absen dari khazanah permusikan Indonesia.

Kemajuan di bidang ekonomi di tahun 80-an, serta gemerlap kota Jakarta, turut menjadikan tumbuhnya musik bergenre City Pop. Bagi saya, Fariz RM dan Chandra Darusman, dalam beberapa lagu yang digubahnya menghadirkan nuansa Pop, Jazz dan Funk sekaligus: City Pop!

Coba dengarkan kumpulan musik City Pop Indonesia di playlist Spotify berikut ini. Enak untuk didengar. Terlebih apabila diputar sambil melintasi jalanan perkotaan.

Lagu Selangkah ke Seberang ciptaan Fariz RM bagi saya sangat terasa nuansa City Pop-nya. Meski lagu ini memiliki intro yang lumayan panjang, namun sangat enak untuk didengar. Melodi musik diisi dengan alunan instrumen elektronik khas 80-an (synthesizer), yang dipertebal oleh lantunan bass yang lumayan kentara.

Candra Darusman memiliki pendekatan yang berbeda lagi. Musik yang dibawakannya terasa lebih ramai dan bersemangat berkat penggunaan instrumen musik tiup brass. Coba dengarkan lagu berjudul Kekagumanku dan rasakan semangatnya.

Sayangnya, kebangkitan musik City Pop Jepang tidak dapat menghidupkan kembali lagu-lagu City Pop Indonesia. Kebanyakan orang akan bergeming betapa lawas selera musik saya ketika saya sedang mendengarkan lagu lagu tersebut. Tapi tak mengapa, lagu-lagu tersebut menjadi bukti nyata betapa musisi Indonesia juga suka bereksperimen dengan banyak gaya dan aliran musik 🎵